Rabu, 20 Juli 2011

Rabu, 20 Juli 2011

Pilgub Banten : Hanya PKS Yang Solid


Pemberitaan di media masa lokal Banten hari ini menyoroti soal kinerja parpol-parpol. Radar Banten, dalam pemberitaan tanggal 19 Juli 2011, menyoroti bahwa semakin besar sebuah koalisi, semakin sulit manajemen kinerjanya. Bahkan, ada kemungkinan koalisi besar akan memiliki kinerja yang lemah.

“Koalisi parpol tidak efektif karena ga­ris koordinasinya tidak jelas. Me­­reka mengusung calon kepala daerah, tapi dalam praktik tidak bisa menyukseskan karena motivasi parpol hanya uang,” kata Ko­or­dinator Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow saat di­hubungi Radar Banten, Senin (18/7).
Ia beralasan, ketika parpol me­nawarkan diri atau diajak me­ngu­sung bakal calon, akan ada alokasi da­na untuk pemenangan. Dana yang diberikan bakal calon, lan­jutnya, tidak digunakan seluruhnya un­tuk pemenangan, hanya sebagian untuk memperlihatkan ada kegiatan da­lam menyukseskan calon. “P­e­ngalamannya begitu. Semakin ba­nyak parpol, semakin tidak efektif tim suksesnya,” tandasnya.
Di hadapan pemilih, lanjut dia, eksistensi parpol kalah dengan figur bakal calon gubernur dan wakil gu­bernur. Artinya, kata dia, pemilih lebih melihat figur bakal calon da­lam menentukan sikap, ketimbang alasan parpol.
“Figur lebih menonjol me­nentukan suara pemilih. Parpol ha­nya sebagai persyaratan legal-for­mal adanya pasangan calon yang di­usulkan ke KPU,” ujarnya.
Hal senada dikatakan akademisi Un­tirta Abdul Hamid. Menurutnya, be­lajar dari Pilgub 2006 serta pilkada kabupaten/kota di Banten, mesin politik parpol cenderung tidak efektif dalam pemenangan bakal calon. “Sikap memborong dukungan parpol bagi kandidat gubernur dan wa­kil gubernur, cenderung hanya men­jadi tiket untuk masuk kom­petisi. Ketika kompetisi berjalan, yang bergerak adalah jejaring di luar parpol. Misalnya jaringan ke­luarga atau ormas,” ujarnya.
Ia menilai, hanya PKS yang siap men­jadi parpol yang solid menjadi tim pemenangan Jazuli Juwaini–Makmun Muzaki.
“PKS ini militan. Hierarki perintah dari atas A, maka di bawah juga A,” ujar Hamid. Meski de­mikian, lanjutnya, kesolidan PKS tidak akan dibarengi PPP, PKNU, dan PBR yang sama-sama mengu­sung Jazuli–Makmun. “Inilah tan­tangan PKS. Mayoritas parpol me­ma­ng tidak efektif menjadi tim pe­menangan calon,” ujarnya.
Sejauh ini memang mengemuka pandangan berbagai akademisi dan pengamat soal efektifitas kerja parpol. Masyarakat saat ini sudah cenderung tidak lagi tergantung pada pilihan parpol, tapi lebih kepada figur.
Hal ini bisa dilihat pada Pilkada yang diselenggarakan di beberapa daerah sebelumnya, dimana pemenangnya adalah figur-figur yang tidak didukung oleh banyak parpol. lemenangan mereka sangat mengejutkan berbagai pihak. Sebagai contoh adalah Pilkada Jawa Barat, dan beberapa Pilkada lainnya. Pemenangnya adalah figur yang kuat, bukan didukung oleh koalisi besar.


*sumber : islammedia.com*

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates