Minggu, 31 Juli 2011

Minggu, 31 Juli 2011

Kumpulan Kultum Ramadhan Ustadz Hatta Syamsudin

Ramadhan 1432 telah tiba, berikut kumpulan E book kumpulan ceramah dan kultum ramadhan yang singkat dan praktis, yang disusun oleh Ustadz Hatta Syamsudin.

Selamat menjalankan Ibadah Ramadhan, semoga Ramadhan tahun ini akan menjadi Ramadhan terbaik dari tahun-tahun sebelumnya.
 
Untuk download silahkan klik link berikut :


*sumber : islamedia.web.id

Senin, 25 Juli 2011

Senin, 25 Juli 2011

10 Langkah Bersiap Menyambut Ramadhan

Bulan Sya’ban sebentar lagi kita akhiri. Kini, bulan Ramadhan segera datang menghampiri. Terkait dengan ketiga bulan mulia ini, Rasulullah saw. secara khusus memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT:

«اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَ حَصِّلْ مَقَاصِدَنَا»

Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan pada bulan Sya’ban ini; sampaikanlah diri kami pada bulan Ramadhan; dan tunaikanlah keinginan-keinginan kami (HR Ahmad).

Ibarat samudera, Ramadhan menyimpan sejuta mutiara kemuliaan, memendam perbendaharaan segala keagungan dan di dalamnya bersemayam aneka kebesaran. Ramadhan juga merupakan cakrawala curahan karunia Allah SWT karena semua aktivitas hamba yang beriman pada bulan ini dinilai sebagai ibadah. Kecil yang dilakukan tetapi besar pahalanya di sisi Allah. Ringan yang dikerjakan namun berat timbangan di hadapan Allah. Apalagi jika amal yang besar dan berat, tentu akan mampu melesatkan hamba ke derajat kemuliaan dan meraih kenikmatan surga-Nya.

Datangnya Ramadhan bagi orang Mukmin adalah laksana ‘kekasih’ yang sangat ia rindukan; dengan sukacita ia akan menyiapkan segala sesuatu yang dapat mengantarkan perjumpaan menjadi penuh makna, berkesan dalam dan senantiasa melahirkan harapan-harapan mulia.

Sebagai seorang Muslim yang cerdas, kita perlu strategi juga dalam beramal. Dengan tujuan agar mendapatkan nilai ibadah dan ilmu yang maksimal di bulan Ramadhan. Disini akan diungkap 10 langkah dalam menyambutnya.

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)
Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.

2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.

3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.

4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.

5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.

7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]

8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.

9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan. Bisa jadi diantara kita mendapat peran dalam dakwah misalkan :- Buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.- Membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.

10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Semoga kita bisa menjadikan Ramadhan kedepan sebagai yang terbaik selama hidup. InsyaAllah :)

*sumber : percikaniman.org

Antara Dakwah dan Maisyah

Suatu malam di sebuah surau perkampungan daerah transmigrasi, seorang lelaki setengah baya, sebut saja Amin, duduk dikelilingi belasan orang tua muda. Kulitnya legam terbakar matahari. Namun wajahnya menyemburatkan cahaya ketulusan dan keikhalsan. Matanya memancarkan semangat. Semangat menyelamatkan masyarakat dari keterpurukan dan kehancuran serta menuntun mereka ke jalan keselamatan: Islam.

“Saudara-saudara, sebagaimana Allah menginginkan kita menjadi hamba-Nya saat kita shalat, saat kita berpuasa, Allah juga menginginkan kita menjadi hamba-Nya saat kita bertani, bercocok tanam, berdagang, bergaul dengan tetangga…” Itulah sebagian kalimat yang meluncur dari mulutnya.Begitulah setiap malam ia keliling daerah trans itu dari suarau ke surau lainnya yang berjarak kiloan meter. Bukan itu saja, selain memberi ia juga tetap menerima ilmu sebagai perbekalan dan dorongan ruhiyah. “Kalau memberi terus tanpa menerima bisa tekor saya,” kilahnya setengah becanda. Membina dan dibina. Itulah salah satu prinsip hidupnya. Untuk yang terakhir itu ia harus datang ke ibukota provinsi paling tidak satu kali dalam sebulan. Di tangannya telah berbilang orang mendapat hidayah Allah dan bahkan menjadi kader dakwah. Lalu apa yang dilakukannya di siang hari? Inilah yang menarik. Selain mengurus ladang garapan sebagaimana layaknya para transmigran, ia juga menggulirkan roda bisnis: keluar masuk kampung berjualan bubur!Penghargaan IslamIslam memberikan penghargaan kepada orang yang bekerja untuk mencari ma’isyah (penghidupan). Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang Muslim menaman tanaman melainkan setiap yang dimakan dari tanaman itu merupakan shadaqah dan yang dicuri darinya merupakan shadaqah. Dan tidaklah dikurangi oleh seseorang melainkan itu merupakan shadaqah.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu manusia atau binatang atau apa pun memakan darinya melainkan itu menjadi shadaqah baginya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)Rasulullah pun berasabda, “Allah merahmati orang yang berusaha (mencari penghidupan) yang baik, membelanjakan harta dengan hemat dan menyisihkan kelebihan untuk menghadapi masa fakir dan membutuhkan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).Karenanya Rasulullah saw memberi semangat kepada kaum muslimin untuk tidak mengabaikan peluang sekecil apa pun untuk bekerja mencari rezeki dan berproduktifitas. Rasulullah saw bersabda, “Apabila kiamat datang dan di tangan seseorang di antara kamu ada benih pohon, jika ia bisa menanamkannya sebelum bangkit maka tanamlah (Al-Bukhari)Sepuluh orang sahabat Nabi yang dijamin masuk surga (yakni Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Amru bin ‘Ash, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Rawahah, dan Thalhah bin Ubaidillah) semua memiliki aktifitas mencari ma’isyah. Dan rata-rata aktifitas mereka adalah bisnis.Dalam pandangan Islam, aktifitas dakwah tidaklah lebih mulia dari mencari ma’isyah untuk menghidupi diri dan keluarga. Keduanya adalah perintah Allah yang harus dijalankan. Dakwah adalah upaya untuk menyampaikan hidayah kepada Allah. Mulianya dakwah digambarkan oleh Rasulullah saw dengan sabdanya, “Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui (usaha, dakwah) kamu maka hal itu lebih baik bagimu daripada dunia dengan segala isinya.”Nah, manfaat dari adanya ma’isyah yang menjadi pegangan da’i adalah untuk memelihara dan mempertahankan luhurnya nilai aktifitas memberi hidayah kepada Allah itu sehingga ia menjalankan dakwah memang benar-benar sebagai proyek dengan tujuan untuk menyebarkan hidayah kepada manusia.Jika demikian, tampaknya Amin adalah sosok dai ideal dari sisi bahwa dakwah dijalankannya tidak menjadi alasan untuk tidak mencari ma’isyah. Dan sebaliknya, mencari ma’isyah tidaklah menjadi penghalang bagi aktifitas dakwah. Ia menggarapnya secara seimbang. Begitulah Rasulullah saw mengajarkan kepada umatnya. Bahkan para Nabi pun adalah orang-orang yang mempunyai aktifitas kerja untuk mencari ma’isyah. Beliau menegaskan, “Tidaklah seseorang mengkonsumi makanan yang lebih baik dari hasil kerja tangannya. Dan sesungguhny nabiyullah Daud memakan makan dari hasil kerjanya sendiri.” (Al-Bukhari)Sangat beralasan bila Imam Hasan Al-Banna menggambarkan sosok muslim ideal dan dai ideal sebagai orang yang memiliki sepuluh sifat asasi. Kesepuluh sifat asasi tu adalah akidah yang lurus, berbadah secara benar, berakhlak mulia, berbadan kuat, akal terintelektualisasi, mampu berusaha, mampu mengendalikan hawa nafsu, teratur dalam segala urusannya, memanfaatkan waktu dengan baik dan efektif, dan bermanfaat bagi orang lain. Beliau menempatkan kemampuan untuk berusaha mencari ma’isyah sebagai salah satu sifat asasi yang harus ada pada seorang muslim terlebih lagi bagi aktifis dan dai.Lebih rinci lagi Imam Syahid Hasan Al-Banna mengatakan, “Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja dan mencari rezeki. Islam menganggap usaha mencari rezeki sebagai kewajiban yang harus ditunaikan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan, Islam juga menghargai dan menyanjung orang yang mempunyai pekerjaan dan keahlian; mengharamkan meminta-minta serta menyatakan bahwa sebaik-baik ibadah adalah bekerja. Bekerja (mencari ma’isyah) adalah sunnah para nabi. Islam juga menerangkan bahwa sebaik-baik usaha adalah mencari rezeki dengan tangannya sendiri. Sangat berdosa orang yang menjadi pengangguran dan orang yang hidup dari belas kasihan masyarakat, meskipun dengan alasan agar ibadahnya tidak terganggu. Islam tidak mengenal prinsip hidup menganggur ini.” (Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin Jilid 1). Bahkan, dalam bagian lain Imam Hasan Al-Banna juga menegaskan pentingnya berusaha sekalipun saat ini sudah kaya.Lalu bagaimana dengan pandangan bahwa dakwah harus digarap secara professional? Dan dalam banyak hal profesionalitas menuntut waktu yang penuh, sebagaimana orang yang bekerja di kantor berhak mendapatkan imbalan dari hasil keringatnya. Maka apa yang salah pada seorang dai yang telah mempersembahkan seluruh waktu dan tenaga sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk mencari ma’isyah bila dia menerima persembahan tulus dari orang-orang yang merasa berterima kasih padanya?Pandangan itu tidaklah salah. Rasulullah saw pun bukan saja memperbolehkan, melainkan juga memerintahkan untuk menerima pemberian selama pemberian itu bernilai sebagai pemberian. Artinya bukan tujuan untuk menyuap atau menyumbat suara dakwah sehingga tidak lagi berpihak kepada kebenaran.Komprominya dapat diikat dalam beberapa simpul berikut: Pertama, idealnya seorang dai mempunyai lahan ma’isyah. Tentu bentuknya yang tidak mengganggu aktifitas dakwah bahkan kalau bisa sejalan dengannya dan mendukungnya. Kedua, dai tidak harus menolak pemberian jasa baik orang yang bermaksud memperhatikan kesejahteraan para dai serta merasa berhutang budi padanya.Ketiga, dai harus tetap menjaga keikhlasan dan menegaskan dalam hati bahwa tujuan dakwah adalah untuk menyampaikan hidayah Allah kepada manusia. Jangan sampai terjadi sebuah masjid atau sekelompok masyarakat tidak dapat menyelenggarakan penyampaian hidayah (baca: pengajian) karena tidak kuat untuk mendanai muballigh. Kita diingatkan oleh Allah swt, “Ataukah kamu meminta upah kepada mereka sehingga mereka terbebani?” (Ath-Thur: 40). Insya Allah tiga hal itu bias menjadi rambu-rambu bagi dai dalam menjalani aktiftas dakwah dan ma’isyah. Allahua’lam.


*sumber : islammedia.web.id

PKS Sulsel Rekrut Kader Cilik

Partai Keadilan Sejahtera Sulawesi Sealatan mulai menjalankan program pelatihan bagi kader cilik, untuk mengantisipasi masalah kaderisasi dan kelanjutan kepemimpinan partai di masa mendatang.

Program tersebut dimulai dalam kegiatan Peluncuran Tarbiyah Anak Kader (PTAK) yang dimotori oleh Bidang Perempuan PKS Sulsel di Pantai Akkarena Makassar, Minggu (24/7).

Kegiatan bertema "Bersama Hari Anak Kita Sambut Bulan Ramadhan Menuju Generasi Rabbani" itu dilaksanakan dalam rangka Hari Anak Nasional dan menyambut bulan suci Ramadhan.

"20 tahun mendatang anak-anak kita sekarang akan menjadi pemimpin. Kepemimpinan di masa depan adalah hasil dari kepemimpinan hari ini sebagaimana kepimpinan kita saat ini adalah hasil dari kepemimpinan masa lalu, " kata Ketua DPW PKS Sulsel Andi Amal Pasluddin.

Menurutnya, sejak sekarang anak-anak harus digembleng dengan kegiatan-kegiatan yang mengarahkan mereka menjadi pemimpin masa depan. Dia mengharapkan para kader PKS dapat memberikan contoh kepemimpinan terbaik bagi anak-anak mereka dengan mengedepankan ilmu dan akhlak.

Ketua panitia PTAK, Rahmah, menambahkan, semua anak kader PKS usia SD hingga Perguruan Tinggi wajib mengikuti pembinaan sekali sepekan.

Mereka diklasifikasikan dan diberi pembinaan sesuai kelompk usia mereka kemudian dievaluasi oleh para Pembina dari bidang perempuan PKS. Pembinaan ini tidak harus berupa ceramah tapi juga bisa berupa kegiatan sosial dan kemasyarakatan.

"PKS menyadari bahwa kesibukan kader untuk urusan partai dan dakwah sedikit banyak telah menyita waktu anak-anak mereka. Untuk itulah program ini digulirkan agar mereka dapat mengerti dan merasakan sendiri kesibukan orang tua mereka," ujarnya.

*sumber : komhukum.com

Jumat, 22 Juli 2011

Jumat, 22 Juli 2011

Kultwit Fachri Hamzah : Ikatan Kita

1. Ini tentang #ikatanKita....manusia bersaudara dalam keluarga besar...anak-anak adam....

2.Harus ada jembatan yang kita bangun bagi kebersamaan...apapun meski bersaudara, kita memiliki perbedaan...#ikatanKita

3.Maka, dakwah atau reformasi kita ini harus mengarah pada membangun #ikatanKita kita yang kuat. Agar masalah kita pikul bersama.

4.Di #PKSKITA ini kita bangun kesadaran itu bahwa tidak ada masalah yang bisa kita hadapi sendiri...perlu #ikatanKita..

5.Maka, kader yang diperlukan pada tahapan ini adalah mereka yang jiwanya lapang dan luas agar #ikatanKita terbentuk...

6.Kita memerlukan kader yang jiwanya meluap dan menggenangi perasaan dan aspirasi publik...apapun agama, suku dan latarnya #ikatanKita

7.#PKSKITA tidak bisa menerima lagi mereka yg menterjemahkan agama secara sembarangan.islam khususnya adalah rahmat alam semesta #ikatanKita

8.Kualitas kader yg jiwanyanya luas dan lapang memayungi bangsa yg hujan dan kepanasan adalah kunci kemenangan kita #ikatanKita

9.Potensi baik dalam tubuh bangsa ada pada semua agama, suku, ras dan warna kulit apapun...#ikatanKita

10.Dialah Tuhan yang menciptakan keberagaman ini, maka menolak itu semua adalah kekufuran yang nyata...#ikatanKita

11.Demikian sekedar #RenungKu di hari baik ini...#ikatanKita

Rabu, 20 Juli 2011

Rabu, 20 Juli 2011

Pilgub Banten : Hanya PKS Yang Solid


Pemberitaan di media masa lokal Banten hari ini menyoroti soal kinerja parpol-parpol. Radar Banten, dalam pemberitaan tanggal 19 Juli 2011, menyoroti bahwa semakin besar sebuah koalisi, semakin sulit manajemen kinerjanya. Bahkan, ada kemungkinan koalisi besar akan memiliki kinerja yang lemah.

“Koalisi parpol tidak efektif karena ga­ris koordinasinya tidak jelas. Me­­reka mengusung calon kepala daerah, tapi dalam praktik tidak bisa menyukseskan karena motivasi parpol hanya uang,” kata Ko­or­dinator Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow saat di­hubungi Radar Banten, Senin (18/7).
Ia beralasan, ketika parpol me­nawarkan diri atau diajak me­ngu­sung bakal calon, akan ada alokasi da­na untuk pemenangan. Dana yang diberikan bakal calon, lan­jutnya, tidak digunakan seluruhnya un­tuk pemenangan, hanya sebagian untuk memperlihatkan ada kegiatan da­lam menyukseskan calon. “P­e­ngalamannya begitu. Semakin ba­nyak parpol, semakin tidak efektif tim suksesnya,” tandasnya.
Di hadapan pemilih, lanjut dia, eksistensi parpol kalah dengan figur bakal calon gubernur dan wakil gu­bernur. Artinya, kata dia, pemilih lebih melihat figur bakal calon da­lam menentukan sikap, ketimbang alasan parpol.
“Figur lebih menonjol me­nentukan suara pemilih. Parpol ha­nya sebagai persyaratan legal-for­mal adanya pasangan calon yang di­usulkan ke KPU,” ujarnya.
Hal senada dikatakan akademisi Un­tirta Abdul Hamid. Menurutnya, be­lajar dari Pilgub 2006 serta pilkada kabupaten/kota di Banten, mesin politik parpol cenderung tidak efektif dalam pemenangan bakal calon. “Sikap memborong dukungan parpol bagi kandidat gubernur dan wa­kil gubernur, cenderung hanya men­jadi tiket untuk masuk kom­petisi. Ketika kompetisi berjalan, yang bergerak adalah jejaring di luar parpol. Misalnya jaringan ke­luarga atau ormas,” ujarnya.
Ia menilai, hanya PKS yang siap men­jadi parpol yang solid menjadi tim pemenangan Jazuli Juwaini–Makmun Muzaki.
“PKS ini militan. Hierarki perintah dari atas A, maka di bawah juga A,” ujar Hamid. Meski de­mikian, lanjutnya, kesolidan PKS tidak akan dibarengi PPP, PKNU, dan PBR yang sama-sama mengu­sung Jazuli–Makmun. “Inilah tan­tangan PKS. Mayoritas parpol me­ma­ng tidak efektif menjadi tim pe­menangan calon,” ujarnya.
Sejauh ini memang mengemuka pandangan berbagai akademisi dan pengamat soal efektifitas kerja parpol. Masyarakat saat ini sudah cenderung tidak lagi tergantung pada pilihan parpol, tapi lebih kepada figur.
Hal ini bisa dilihat pada Pilkada yang diselenggarakan di beberapa daerah sebelumnya, dimana pemenangnya adalah figur-figur yang tidak didukung oleh banyak parpol. lemenangan mereka sangat mengejutkan berbagai pihak. Sebagai contoh adalah Pilkada Jawa Barat, dan beberapa Pilkada lainnya. Pemenangnya adalah figur yang kuat, bukan didukung oleh koalisi besar.


*sumber : islammedia.com*

Selasa, 19 Juli 2011

Selasa, 19 Juli 2011

Dr Arief Munandar : Ini Masih Partai Saya dan Mereka Masih Qiyadah Saya

Dunia akademisi Indonesia patut berbangga diri karena telah lahir seorang Doktor baru yang merupakan anak bangsa terbaik. Beliaulah Dr. Arief Munandar, sosok cerdas yang selalu terpatri dalam dirinya sebuah visi masa depan Indonesia menjadi bangsa yang lebih maju.

Di awal bulan Juli ini, namanya semakin masyhur dikalangan para akademisi setelah menyelesaikan disertasinya di kampus UI dan dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude. Sedikitnya ada 6 guru besar memuji karya Ilmiahnya, seperti Dr. Anies Baswedan, Francisia Phd, Dr. Iwan Gardono Sujatmiko, Dr. Meuthia Gani Rochman, Dr. Linda Damayanti, dan Lugina Setyawati Phd.

Dalam disertasinya Dr. Arief melakukan analisa terhadap Partai Islam terbesar di Indonesia yaitu PKS. Dengan mengambil judul: Antara Jemaah dan Partai Politik”, Dinamika Habitus Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dalam Arena Politik Indonesia Pasca Pemilu 2004.

Berbagai respon pun akhirnya berdatangan, mulai dari yang memberikan selamat sebagai sebuah karya Ilmiah yang memang patut di apresiasi, hingga ucapan selamat oleh pihak yang merasa Dr. Arief telah membantu untuk melakukan penghancuran terhadap diri PKS dengan pencitraan negatif terhadap Partai Dakwah ini.

Munculnya polemik respon inilah yang akhirnya membuat kebingung beliau, hingga akhirnya dengan penuh kesadaran yang tinggi, Dr Arief Munandar menegaskan kepada semua publik Indonesia bahwa tujuan utama dari pembuatan Disertasinya bukan untuk melakukan penghakiman terhadap PKS, bukan untuk membuat kesimpulan bahwa PKS saat ini benar atau salah. Dalam wall account Facebooknya pada Senin (18/7), Dr Arief Munandar bahkan menuliskan dalam bahas Inggris bahwa "this is still my party and they are still my qiyadah".

Munculnya pernyataan tegas ini sekaligus menepis anggapan dan fitnah yang dilakukan oleh beberapa pihak bahwa Dr.Arief Munandar meraih gelar Doktoralnya dengan segudang misi untuk menegatifkan citra PKS dimata publik. Loyalitas Dr.Arief Munandar tetap terhadap Qiyadahnya tak akan berubah dan bahkan akan terus memberikan kontribusi terbaiknya bagi kemajuan serta keberlangsungan PKS dimasa-masa yang akan datang.

*sumber : islammedia.web.id

Senin, 18 Juli 2011

Senin, 18 Juli 2011

PKS: Jadi Politisi Terpopuler, Bukti Tifatul Sadar Media

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyambut baik terpilihnya Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring menjadi politisi Indonesia paling populer di dunia maya. Hal itu menunjukkan Tifatul sadar media.

"Ya menurut kita bagus. Itu menunjukkan Pak Tifatul sadar media sekaligus menunjukkan sikap yang terbuka," kata Wasekjen PKS Mahfudz Siddiq di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (19/7/2011).

Mahfudz urun rembug, Tifatul sebaiknya mengelola kepopulerannya menjadi sesuatu yang positif. "Karena kepopuleran Pak Tifatul seringkali dibumbui kontroversi. Tetapi memang salah satu ilmu supaya populer terkadang harus kontroversial," ujarnya.

Mahfudz mengatakan PKS menyadari bahwa media sosial seperti twitter, facebook, bisa menjadi komunikasi alternatif baik di internal partai maupun di eksternal.

"Banyak keuntungan yang kita dapat. Selain cepat dan murah, kita juga sering dapat masukan dari masyarakat tentang program kerja maupun kinerja dan memang PKS berusaha menggalang itu lewat media sosial.
Kita ingin semua kader menjadi connective people dan tidak bisa dipungkiri social media menjadi tren anak muda sekarang," papar Mahfudz.

Berdasarkan penilaian situs pencatat statistik media sosial, www.famecount.com, Tifatul masuk di dalam urutan 50 besar politisi ternama seluruh dunia. Tifatul berhasil duduk di urutan 24.

*sumber : detik.com*

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates